BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Banyak dikenal beberapa
teori tentang komunikasi organisasi baik itu klasik maupun kontemporer.
Teori-teori ini berkembang sesuai jaman, dan beberapa diantaranya juga sudah
tidak digunakan lagi. Tidak dipergunakannya lagi beberapa teori tersebut
dikarenakan berkembangnya pemikiran manusia membuat kebutuhan-kebutuhan untuk
teori yang baru muncul. Teori-teori inilah yang nantinya akan lebih relevan
dengan jaman sekarang.
Salah satu teori yang masih dipakai dan
relevan dengan perkembangan saat ini adalah teori post-modernisme.
Dalam hal ini teori post-modernisme
sangat terlihat dalam perusahaan rokok di Indonesia. Ini di karenakan
perusahaan-perusahaan rokok sangatlah berkiblat pada praktekan teori ini.
Lebih dari tiu tugas ini dibuat untuk
pemenuhan tugas komunikasi organisasi. Yang mewajibkan mahasiswa untuk dapat
mengetahui dan mengerti tentang peran teori-teori komunikasi organisasi dalam
perusahaan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
“Mengetahui adakah relevansi teori
komunikasi post-modenisme dalam perusahaan rokok di Indonesia”
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi
Organisasi
Komunikasi organisasi adalah
penerimaan pesan di dalam organisasi pada kelompok formal maupun informal dalam
organisasi. (Joseph A. Devito)
Suatu organisasi terdiri dari
unit-unit komunikasi dalam hubungan hirarkis dimana di antara satu dengan yang
lainnya memiliki fungsi dalam satu lingkungan yang sama.
2.2 Pengertian Teori
Post-Modernisme
Postmodernisme lahir di St. Louis, Missouri, 15 Juli
1972. Ketika pertama kali didirikan, proyek rumah Pruitt-Igoe di St. Louis di
anggap sebagai lambang arsitektur modern. Yang lebih penting, ia berdiri
sebagai gambaran modernisme, yang menggunakan teknologi untuk menciptakan
masyarakat utopia demi kesejahteraan manusia. Tetapi para penghuninya
menghancurkan bangunan itu dengan sengaja. Pemerintah mencurahkan banyak dana
untuk merenovasi bangunan tsb. Akhirnya, setelah menghabiskan jutaan dollar,
pemerintah menyerah. Pada sore hari di bulan Juli 1972, bangunan itu diledakkan
dengan dinamit. Menurut Charles Jencks, yang dianggap sebagai arsitek
postmodern yang paling berpengaruh, peristiwa peledakan ini menandai kematian
modernisme dan menandakan kelahiran postmodernisme.
Postmodernisme merupakan bentuk penolakan dala segala
bentuk pemikiran atau rasional yang berorientasi pada kehebatan kelompok
sendiri (elitism), fanatisme terhadap pandangan atau ajaran tertentu (puritanism)
dan juga perilaku untuk menjaga kemurnian (sterility). Posmodernisme
merupakan pemikiran yang mendukung pluralisme, relativitas, orisinilitas,
kompleksitas dan kontradiksi.
E.M Griffin, dalam bukunya A First Look at
Communication Theory (2003), mengemukakan enam pernyataan yang dapat
menjelaskan mengenai munculnya pemikiran posmo ini, yaitu sebagai berikut.
·
Postmodern menjelaskan suatu periode waktu ketika janji modernisme tidak
lagi dapat di benarkan. Pandangan posmo menolak jargon-jargon modernisme,
seperti memuja rasionalitas dan ilmu pengetahuan, imperialisme kebangsaan serta
menolak pemikiran bahwa masyarakat dunia akan terus berkembang dan maju.
·
Kita telah menjadi alat dari alat yang kita buat. Hal demikian ditegaskan
oleh Marshall McLuhan, yang meneliti mengenai sejarah teknologi media sebagai
salah satu alat yang diciptakan manusia. Ia mengatakan, perkembangan media
massa telah sangat pesat sehingga media memberikan pengaruh yang mampu
membentuk kehidupan kita. Dengan kata lain, kita telah menjadi alat dari alat
yang kita ciptakan, yaitu media.[3]
·
Dalam dunia posmodern, setiap klaim mengenai kebeneran dan kepastian moral
adalah tersangka. Posmo memiliki pandangan yang meragukan setiap klaim yang
dibuat oleh berbagai sistem pemikiran, seperti sistem kepercayaan, ideologi,
dan bahkan agama, yang menyatakan dirinya paling benar untuk semua orang. Dalam
pemikiran posmo, kita tidak dapat mengetahui mengenai sesuatu secara pasti,
bahkan fakta itu tidak ada, yang ada hanyalah interpretasi yang kita buat atas
fakta.
·
Gambaran menjadi lebih penting dari apa yang diwakilinya. Kalangan posmo
memiliki keyakinan bahwa gambaran yang ditampilkan media massa bersifat hyperreality,
artinya lebih nyata daripada yang seharusnya. Gambaran mental yang kita milki
mengenai hal-hal yang enak, ideal atau indah, misalnya rumah yang bagus, wanita
cantik, tubuh yang menarik, dan sebagainya berasal dari ekspos terus-menerus
yang kita terima dari media. Bagi kalangan posmo, persoalannya tidak terletak
pada apakah media telah mendistorsi realitas, tetapi justru media itulah yang
menjadi realitas.
·
Dengan bantuan media kita dapat mencampur dan mencocokkan berbagai gaya dan
selera untuk menciptakan suatu identitas unik. Untuk membentuk identitas baru
di masyarakat urban bersifat tanpa batas didorong oleh kehadiran berbagai macam
media massa yang menyajikan aneka model gaya hidup. Posmo adalah masa
kebangkitan bagi individualisme daripada kehidupan bersama dalam kelompok.
·
Posmo juga dapat dilihat sebagai suatu bentuk kata ekonomi baru suatu
masyarakat konsumen berdasarkan kapitalisme multinasional. Pada aspek
kebudayaan, tidak ada lagi perbedaan antara budaya tinggi dan budaya populer.
Begitu pula, tidak ada lagi standar keindahan sehingga keuntungan menjadi
ukuran apakah suatu karya seni itu bagus atau buruk.
2.3 Implementasi Teori
Post-Modernisme Dalam Perusahaan Rokok
Dapat
kita lihat saat menjamurnya perusahaan-perusahaan rokok di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya kebutuhan pasar akan rokok. Namun pangsa pasar
rokok saat ini lebih di dominasi oleh beberapa perusahaan rokok besar saja.
Bila
kita lebih jeli melihat bagaimana pasar rokok ini dapat terus bertahan bahkan
berkembang tidak lain karena bantuan media massa. Yaitu dengan iklan-iklan unik
yang mereka ciptakan untuk menarik perhatian masyarakat pada umumnya dan
perokok khususnya. Padahal dalam iklan-iklan yang dibuat itu hampir semuanya
tidak menunjukan model iklan yang merokok atau produk rokok itu sendiri.
Pemikiran
pada ide-ide iklan yang inovatif inilah yang menarik konsumen untuk membeli.
Ide-ide ini diciptakan oleh karyawan-karyawan kreatif pada
perusahaan-perusahaan rokok tersebut. Semakin out of box suatu iklan maka akan
semakin menarik perhatian masyarakat.
Tentu
saja ide-ide ini tidak lahir dengan sendirinya, perlu koordinasi antar karyawan
kreatif satu dengan lainnya. Yaitu melalui saran dan kritik yang membangun. Hal
inilah yang menjadikan perusahaan rokok sarat akan teori post-modernisme.
Dalam
teori post-modernisme dicakup beragam hal yang implementasinya terdapat dalam
pengorganisasian perusahaan rokok di Indonesia. Yaitu :
¯ Karyawan
dalam perusahaan (bukan buruh) dituntut untuk bekerja kreatif. Karena dalam hal
ini karyawan merupakan sumber daya saing dengan perusahaan rokok lain.
¯ Karyawan
dituntut untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan.
¯ Dalam
pemasaran produknya perusahaan rokok sangat dibantu oleh media massa. Yaitu
sebagai sarana periklanan.
¯ Berkembangnya
permintaan dan pasar membuat perusahaan harus mampu untuk terus berinovasi.
¯ Pada
karyawan humas dituntut untuk mampu menghadirkan acara-acara variatif yang
sangat digemari masyarakat. Contohnya saja dengan menjadi sponsor dari
acara-acara olahraga seperti sepakbola dan bulu tangkis. Hal itu sudah
akan menciptakan brand pada masyarakat
bahwa perusahaan peduli pada olahraga. Padahal kita tahu produk yang dipasarkan
oleh perusahaan tersebut dapat merusak kesehatan. Jadi pikiran kita dapat
dialihkan dari efek samping penggunaan produk ke branding yang dibuat
perusahaan.
¯ Membidik
beberapa masyarakat untuk menjadi iconic perusahaan membuat brand perusahaan
semakin tinggi karena masyarakat menilai bahwa perusahaan peduli pada nasib
konsumen. Contohnya yaitu beasiswa Djarum yang diberikan untuk pelajar dan
mahasiswa berprestasi. Padahal kalau kita tilik lebih jauh hanya beberapa saja
yang mendapat mahasiswa sangat berbanding terbalik dengan banyakanya konsumen
produk rokok Djarum ini.
¯
Kondisi perusahan juga sangat teratur (highly ordered),
terspesialisasi oleh teknologi dan menuntut presisi, kecepatan, fleksibilitas
para pekerja.
¯
Organisasi sebagai struktur fleksibel yang memerlukan karyawan
dengan multiketerampilan yang cakap dan terus-menerus menjadi manusia
pembelajar.
¯ Berkembangnya kapitalisme
di negara barat juga ikut andil dalam perusahaan rokok. Karena dengan adanya
paham ini membuat mereka ingin konsumen menjadi pribadi yang konsumtif.
PENUTUP
1. Komunikasi
organisasi adalah penerimaan pesan di dalam organisasi pada kelompok formal
maupun informal dalam organisasi. (Joseph A. Devito)
2. Postmodernisme merupakan bentuk penolakan dala segala bentuk
pemikiran atau rasional yang berorientasi pada kehebatan kelompok sendiri (elitism),
fanatisme terhadap pandangan atau ajaran tertentu (puritanism) dan juga
perilaku untuk menjaga kemurnian (sterility). Posmodernisme merupakan pemikiran yang mendukung
pluralisme, relativitas, orisinilitas, kompleksitas dan kontradiksi.
3. Dalam
kehidupan organisasi dalam perusahaan rokok terdapat banyak pengimplementasian
dari teori postmodernisme. Seperti yang telah dijabarkan dalam pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
Best, Steven, Baudrillard. Debord
dan Teori Postmodern : Modifikasi Realitas dan Realitas Komodifikasi. Jakarta.
Pustaka Utama. 1997
Susanto. Astrid S, Komunikasi
dalam Teori dan Praktek, Bandung, Bina Cipta, 1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar