Kamis, 18 Oktober 2012

Teori Postmodernisme dalam Perusahaan Rokok


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG
      Banyak dikenal beberapa teori tentang komunikasi organisasi baik itu klasik maupun kontemporer. Teori-teori ini berkembang sesuai jaman, dan beberapa diantaranya juga sudah tidak digunakan lagi. Tidak dipergunakannya lagi beberapa teori tersebut dikarenakan berkembangnya pemikiran manusia membuat kebutuhan-kebutuhan untuk teori yang baru muncul. Teori-teori inilah yang nantinya akan lebih relevan dengan jaman sekarang.
       Salah satu teori yang masih dipakai dan relevan dengan perkembangan saat ini adalah teori post-modernisme.
       Dalam hal ini teori post-modernisme sangat terlihat dalam perusahaan rokok di Indonesia. Ini di karenakan perusahaan-perusahaan rokok sangatlah berkiblat pada praktekan teori ini.
       Lebih dari tiu tugas ini dibuat untuk pemenuhan tugas komunikasi organisasi. Yang mewajibkan mahasiswa untuk dapat mengetahui dan mengerti tentang peran teori-teori komunikasi organisasi dalam perusahaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH
       “Mengetahui adakah relevansi teori komunikasi post-modenisme dalam perusahaan rokok di Indonesia”

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi
            Komunikasi organisasi adalah penerimaan pesan di dalam organisasi pada kelompok formal maupun informal dalam organisasi. (Joseph A. Devito)
            Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hirarkis dimana di antara satu dengan yang lainnya memiliki fungsi dalam satu lingkungan yang sama.

2.2 Pengertian Teori Post-Modernisme
            Postmodernisme lahir di St. Louis, Missouri, 15 Juli 1972. Ketika pertama kali didirikan, proyek rumah Pruitt-Igoe di St. Louis di anggap sebagai lambang arsitektur modern. Yang lebih penting, ia berdiri sebagai gambaran modernisme, yang menggunakan teknologi untuk menciptakan masyarakat utopia demi kesejahteraan manusia. Tetapi para penghuninya menghancurkan bangunan itu dengan sengaja. Pemerintah mencurahkan banyak dana untuk merenovasi bangunan tsb. Akhirnya, setelah menghabiskan jutaan dollar, pemerintah menyerah. Pada sore hari di bulan Juli 1972, bangunan itu diledakkan dengan dinamit. Menurut Charles Jencks, yang dianggap sebagai arsitek postmodern yang paling berpengaruh, peristiwa peledakan ini menandai kematian modernisme dan menandakan kelahiran postmodernisme.
            Postmodernisme merupakan bentuk penolakan dala segala bentuk pemikiran atau rasional yang berorientasi pada kehebatan kelompok sendiri (elitism), fanatisme terhadap pandangan atau ajaran tertentu (puritanism) dan juga perilaku untuk menjaga kemurnian (sterility). Posmodernisme merupakan pemikiran yang mendukung pluralisme, relativitas, orisinilitas, kompleksitas dan kontradiksi. 
            E.M Griffin, dalam bukunya A First Look at Communication Theory (2003), mengemukakan enam pernyataan yang dapat menjelaskan mengenai munculnya pemikiran posmo ini, yaitu sebagai berikut.
·         Postmodern menjelaskan suatu periode waktu ketika janji modernisme tidak lagi dapat di benarkan. Pandangan posmo menolak jargon-jargon modernisme, seperti memuja rasionalitas dan ilmu pengetahuan, imperialisme kebangsaan serta menolak pemikiran bahwa masyarakat dunia akan terus berkembang dan maju.
·         Kita telah menjadi alat dari alat yang kita buat. Hal demikian ditegaskan oleh Marshall McLuhan, yang meneliti mengenai sejarah teknologi media sebagai salah satu alat yang diciptakan manusia. Ia mengatakan, perkembangan media massa telah sangat pesat sehingga media memberikan pengaruh yang mampu membentuk kehidupan kita. Dengan kata lain, kita telah menjadi alat dari alat yang kita ciptakan, yaitu media.[3]
·          Dalam dunia posmodern, setiap klaim mengenai kebeneran dan kepastian moral adalah tersangka. Posmo memiliki pandangan yang meragukan setiap klaim yang dibuat oleh berbagai sistem pemikiran, seperti sistem kepercayaan, ideologi, dan bahkan agama, yang menyatakan dirinya paling benar untuk semua orang. Dalam pemikiran posmo, kita tidak dapat mengetahui mengenai sesuatu secara pasti, bahkan fakta itu tidak ada, yang ada hanyalah interpretasi yang kita buat atas fakta.
·         Gambaran menjadi lebih penting dari apa yang diwakilinya. Kalangan posmo memiliki keyakinan bahwa gambaran yang ditampilkan media massa bersifat hyperreality, artinya lebih nyata daripada yang seharusnya. Gambaran mental yang kita milki mengenai hal-hal yang enak, ideal atau indah, misalnya rumah yang bagus, wanita cantik, tubuh yang menarik, dan sebagainya berasal dari ekspos terus-menerus yang kita terima dari media. Bagi kalangan posmo, persoalannya tidak terletak pada apakah media telah mendistorsi realitas, tetapi justru media itulah yang menjadi realitas.
·         Dengan bantuan media kita dapat mencampur dan mencocokkan berbagai gaya dan selera untuk menciptakan suatu identitas unik. Untuk membentuk identitas baru di masyarakat urban bersifat tanpa batas didorong oleh kehadiran berbagai macam media massa yang menyajikan aneka model gaya hidup. Posmo adalah masa kebangkitan bagi individualisme daripada kehidupan bersama dalam kelompok.
·         Posmo juga dapat dilihat sebagai suatu bentuk kata ekonomi baru suatu masyarakat konsumen berdasarkan kapitalisme multinasional. Pada aspek kebudayaan, tidak ada lagi perbedaan antara budaya tinggi dan budaya populer. Begitu pula, tidak ada lagi standar keindahan sehingga keuntungan menjadi ukuran apakah suatu karya seni itu bagus atau buruk.



2.3 Implementasi Teori Post-Modernisme Dalam Perusahaan Rokok
            Dapat kita lihat saat menjamurnya perusahaan-perusahaan rokok di Indonesia. Hal ini disebabkan karena meningkatnya kebutuhan pasar akan rokok. Namun pangsa pasar rokok saat ini lebih di dominasi oleh beberapa perusahaan rokok besar saja.
            Bila kita lebih jeli melihat bagaimana pasar rokok ini dapat terus bertahan bahkan berkembang tidak lain karena bantuan media massa. Yaitu dengan iklan-iklan unik yang mereka ciptakan untuk menarik perhatian masyarakat pada umumnya dan perokok khususnya. Padahal dalam iklan-iklan yang dibuat itu hampir semuanya tidak menunjukan model iklan yang merokok atau produk rokok itu sendiri.
            Pemikiran pada ide-ide iklan yang inovatif inilah yang menarik konsumen untuk membeli. Ide-ide ini diciptakan oleh karyawan-karyawan kreatif pada perusahaan-perusahaan rokok tersebut. Semakin out of box suatu iklan maka akan semakin menarik perhatian masyarakat.
            Tentu saja ide-ide ini tidak lahir dengan sendirinya, perlu koordinasi antar karyawan kreatif satu dengan lainnya. Yaitu melalui saran dan kritik yang membangun. Hal inilah yang menjadikan perusahaan rokok sarat akan teori post-modernisme.
            Dalam teori post-modernisme dicakup beragam hal yang implementasinya terdapat dalam pengorganisasian perusahaan rokok di Indonesia. Yaitu :
¯  Karyawan dalam perusahaan (bukan buruh) dituntut untuk bekerja kreatif. Karena dalam hal ini karyawan merupakan sumber daya saing dengan perusahaan rokok lain.
¯  Karyawan dituntut untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan.
¯  Dalam pemasaran produknya perusahaan rokok sangat dibantu oleh media massa. Yaitu sebagai sarana periklanan.
¯  Berkembangnya permintaan dan pasar membuat perusahaan harus mampu untuk terus berinovasi.
¯  Pada karyawan humas dituntut untuk mampu menghadirkan acara-acara variatif yang sangat digemari masyarakat. Contohnya saja dengan menjadi sponsor dari acara-acara olahraga seperti sepakbola dan bulu tangkis. Hal itu sudah akan  menciptakan brand pada masyarakat bahwa perusahaan peduli pada olahraga. Padahal kita tahu produk yang dipasarkan oleh perusahaan tersebut dapat merusak kesehatan. Jadi pikiran kita dapat dialihkan dari efek samping penggunaan produk ke branding yang dibuat perusahaan.
¯  Membidik beberapa masyarakat untuk menjadi iconic perusahaan membuat brand perusahaan semakin tinggi karena masyarakat menilai bahwa perusahaan peduli pada nasib konsumen. Contohnya yaitu beasiswa Djarum yang diberikan untuk pelajar dan mahasiswa berprestasi. Padahal kalau kita tilik lebih jauh hanya beberapa saja yang mendapat mahasiswa sangat berbanding terbalik dengan banyakanya konsumen produk rokok Djarum ini.
¯  Kondisi perusahan juga sangat teratur (highly ordered), terspesialisasi oleh teknologi dan menuntut presisi, kecepatan, fleksibilitas para pekerja. 
¯  Organisasi sebagai struktur fleksibel yang memerlukan karyawan dengan multiketerampilan yang cakap dan terus-menerus menjadi manusia pembelajar.
¯  Berkembangnya kapitalisme di negara barat juga ikut andil dalam perusahaan rokok. Karena dengan adanya paham ini membuat mereka ingin konsumen menjadi pribadi yang konsumtif.
PENUTUP


1.      Komunikasi organisasi adalah penerimaan pesan di dalam organisasi pada kelompok formal maupun informal dalam organisasi. (Joseph A. Devito)
2.      Postmodernisme merupakan bentuk penolakan dala segala bentuk pemikiran atau rasional yang berorientasi pada kehebatan kelompok sendiri (elitism), fanatisme terhadap pandangan atau ajaran tertentu (puritanism) dan juga perilaku untuk menjaga kemurnian (sterility). Posmodernisme merupakan pemikiran yang mendukung pluralisme, relativitas, orisinilitas, kompleksitas dan kontradiksi. 
3.      Dalam kehidupan organisasi dalam perusahaan rokok terdapat banyak pengimplementasian dari teori postmodernisme. Seperti yang telah dijabarkan dalam pembahasan.


DAFTAR PUSTAKA


Best, Steven, Baudrillard. Debord dan Teori Postmodern : Modifikasi Realitas dan Realitas Komodifikasi. Jakarta. Pustaka Utama. 1997
Susanto. Astrid S, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, Bandung, Bina Cipta, 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar